TIMES SULA, LAMONGAN – Dalam semangat memperingati Hari Santri Nasional 2025, Pimpinan Cabang (PC) Fatayat Nahdlatul Ulama Kabupaten Lamongan (Fatayat NU Lamongan) berkomitmen melindungi generasi santri dari berbagai bentuk kekerasan.
Komitmen itu diwujudkan melalui program unggulan bertajuk 'Lentera Fatayat' atau Lindungi Perempuan dan Anak dari Kekerasan dan Perkawinan Terhadap Anak.
Program ini digagas LKP3A (Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak) PC Fatayat NU Lamongan bekerja sama dengan Bidang Hukum, Politik, dan Advokasi, serta menggandeng Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Lamongan sebagai mitra utama.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari rangkaian Hari Santri PCNU Lamongan 2025 yang mengusung semangat 'Resolusi 12:12 Langkah Santri NU Lamongan, Memenangi Masa Depan'.
Mengangkat tema 'Sosialisasi Pencegahan Kekerasan pada Anak di Lingkungan Pesantren', kegiatan berlangsung selama dua hari, yakni pada 4 Oktober 2025 di Pondok Pesantren Yusuf Annur Kecamatan Kembangbahu dan 5 Oktober 2025 di Pondok Pesantren Darul Fiqhi Kecamatan Deket.
Menurut Kepala DP3A Lamongan, Ummuronah, pencegahan kekerasan di lingkungan pesantren sebagai upaya menciptakan ruang belajar yang aman dan ramah anak.
“Pesantren harus menjadi tempat yang aman dan mendidik. Edukasi seperti ini penting agar seluruh warga pesantren memahami bahwa mencegah kekerasan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi tanggung jawab moral bersama,” ujarnya, Minggu (5/10/2025).
Sementara Ketua PC Fatayat NU Lamongan, Dewi Maslahatul Umah, menjelaskan bahwa Lentera Fatayat merupakan wujud nyata kepedulian Fatayat NU terhadap isu perlindungan anak dan perempuan, terutama di lingkungan pendidikan berbasis pesantren.
“Kami ingin menghadirkan pesantren yang tidak hanya fokus pada pendidikan agama, tetapi juga menjaga martabat serta keselamatan setiap anak di dalamnya,” tuturnya.
Selain pemaparan materi dan sesi tanya jawab interaktif, kegiatan ini juga menghadirkan pembagian modul edukatif tentang pencegahan kekerasan di lembaga pendidikan.
Para santri, pengasuh, dan pengurus pesantren menyambut kegiatan ini dengan antusias karena dinilai mampu membuka wawasan dan memperkuat budaya perlindungan anak di lingkungan pesantren.
Menurut Dewi, momentum Hari Santri Nasional menjadi refleksi bagi Fatayat NU untuk terus meneguhkan peran perempuan muda Nahdliyin dalam menjaga nilai kemanusiaan dan keadilan gender.
Ia berharap melalui Lentera Fatayat, seluruh pesantren di Kabupaten Lamongan semakin tangguh dalam membangun generasi santri yang berakhlak, berdaya, dan terlindungi dari kekerasan.
Dengan langkah kolaboratif ini, Fatayat NU Lamongan membuktikan bahwa peringatan Hari Santri bukan hanya seremoni, melainkan gerakan nyata untuk menciptakan pesantren yang ramah, aman, dan bebas kekerasan di Bumi Lamongan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Fatayat NU Lamongan Edukasi Cegah Kekerasan di Pesantren Lewat 'Lentera Fatayat'
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Ronny Wicaksono |