https://sula.times.co.id/
Berita

Hamas Belum Habis, Justru Rekrut Generasi Baru

Selasa, 17 September 2024 - 09:05
Hamas Belum Habis, Justru Rekrut Generasi Baru Pejabat senior Hamas, Osama Hamdan saat diwawancari AFP di Istanbul, Minggu (15/9/2024). (FOTO: Times of Israel/AFP)

TIMES SULA, JAKARTA – Meski diserang habis-habisan untuk "dimusnahkan" oleh Israel, namun kelompok militan Hamas masih kuat dan justru merekrut generasi baru meski konfliknya juga terus berlanjut.

Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada AFP, bahwa generasi baru pejuang telah direkrut sejak serangan 7 Oktober 2023 itu.

Belum seminggu lalu Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant telah mengatakan kepada wartawan, bahwa Hamas sudah "tidak lagi ada" sebagai formasi militer di Gaza. 

Namun pejabat senior Hamas, Osama Hamdan mengklaim selama wawancara di Istanbul bahwa kelompok militannya masih "memiliki kemampuan tinggi untuk terus maju".

Karena itu Osama Hamdan menolak klaim menteri pertahanan Israel itu, bahwa Hamas 'tidak lagi ada' sebagai formasi militer itu.

"Ada martir dan ada pengorbanan. Tetapi sebagai balasannya ada akumulasi pengalaman dan perekrutan generasi baru ke dalam perlawanan," katanya seperti dilansir Times of Israel.

Dalam wawancara tersebut, Osama Hamdan yang tinggal di Istanbul itu juga mengatakan, bahwa Yahya Sinwar tidak akan pernah meninggalkan Jalur Gaza, dan serangan rudal Houthi di Israel tengah membuktikan "bahkan kemampuan Israel ada  batasnya".

Osama Hamdan mengatakan, bahwa kelompok militan Islam Palestina, Hamas memiliki banyak sumber daya untuk terus memerangi Israel meskipun mengalami kerugian selama lebih dari 11 bulan diperangi di Gaza.

"Perlawanan memiliki potensi besar untuk terus berlanjut,” katanya.

"Ada yang mati syahid dan ada yang berkorban… tetapi sebagai balasannya, ada akumulasi pengalaman dan perekrutan generasi baru ke dalam perlawanan," katanya lagi.

"Jumlah korban, jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan dalam pertempuran sebesar dan setingkat serta seluas ini," ujar Hamdan.

Israel mengaku telah menewaskan sekitar 17.000 pejuang Hamas dalam pertempuran dan 1.000 lainnya di dalam wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober.

Menurut Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menjelang perang, Hamas diperkirakan memiliki sekitar 30.000 pejuang dalam pasukannya.

Pejabat Hamas mengatakan, meskipun mengalami kekalahan perang, kelompok tersebut telah merekrut 'generasi baru'.

Dalam wawancara itu, Hamdan juga mengatakan, Amerika Serikat, pendukung militer terpenting Israel juva tidak berbuat cukup banyak untuk memaksa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan konsesi untuk mencapai kesepakatan.

"Pemerintah Amerika tidak memberikan tekanan yang cukup atau tepat pada Israel," katanya.

"Sebaliknya, mereka mencoba membenarkan penghindaran pihak Israel dari komitmen apa pun," katanya lagi.

Dalam dua konferensi pers setelah pejabat mengumumkan kematian enam sandera awal bulan ini, Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas-lah yang menolak berkompromi dan bersumpah "tidak akan menyerah pada tekanan" pada poin-poin penting yang masih ada.

Israel 'tidak kebal'

Hamdan mengatakan, serangan rudal balistik Houthi terhadap Israel pada hari Minggu menunjukkan batas kemampuan Israel untuk mempertahankan diri, termasuk sistem pertahanan udara yang sering disebut-sebut.

"Ini adalah pesan bagi seluruh kawasan bahwa Israel bukanlah entitas yang kebal," kata Hamdan. "Bahkan kemampuan Israel pun ada batasnya," tambahnya.

Hamdan juga menegaskan kembali pandangan Hamas bahwa serangan teror awal bulan ini dimana seorang pengemudi truk Yordania menembak mati tiga penjaga Israel di perbatasan, menggarisbawahi kemarahan yang meluas terhadap Israel di wilayah tersebut.

Adapun para pemimpin Arab yang telah menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel juga sedang mempertimbangkan untuk melakukannya.

Hamdan mengatakan mereka harus bertanya pada diri sendiri bagaimana perasaan mereka jika negara mereka diduduki dan dunia hanya berdiri dan menonton.

"Jika anda melihat Israel sebagai berkah dan keuntungan, berikan mereka sebagian dari negara anda," katanya, sambil bercanda menambahkan bahwa negara itu bisa disebut sebagai “Israel baru.”

Hamas telah memerintah Gaza sejak mengambil alih daerah kantong itu pada tahun 2007 melalui kudeta berdarah.

Tetapi dengan Israel yang menyerukan agar kelompok itu dilenyapkan, masih belum jelas bentuk apa yang akan diambil Hamas setelah perang.

Hamdan mengatakan, tidak mungkin membayangkan skenario dimana kepala Hamas Yahya Sinwar akan meninggalkan wilayah yang terkepung.

Sinwar dan pemimpin lainnya “siap untuk mati syahid ribuan kali di Palestina daripada meninggalkannya karena semua yang ia lakukan adalah untuk membebaskan Palestina," ujar Hamdan.

Yahya Sinwar yang dibebaskan dari penjara Israel pada tahun 2011 di antara 1.026 orang lainnya sebagai imbalan atas tawanan tentara IDF Gilad Shalit,  dianggap sebagai dalang di balik pembantaian 7 Oktober, saat kelompok ini menyusup ke Israel selatan dan membunuh sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menculik 251 orang.

Hamas telah menuntut penarikan penuh Israel dari Gaza, termasuk Koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit di sepanjang perbatasan Mesir yang muncul sebagai titik kritis utama dalam perundingan gencatan senjata.

Hamdan mengatakan, bahwa Hamas menginginkan “pemerintahan bersama Palestina” di Gaza, seraya menambahkan bahwa pejabat Hamas dan perwakilan dari faksi Palestina lainnya akan segera bertemu di Kairo untuk membahas visi pascaperang mereka.

"Hari setelah pertempuran adalah hari Palestina,” kata pejabat senior Hamas, Osama Hamdan ini yang juga menambahkan bahwa Hamas belum habis dan justru merekrut generasi baru. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Sula just now

Welcome to TIMES Sula

TIMES Sula is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.