TIMES SULA, JAKARTA – Gaza kembali menjadi sasaran serangan intensif militer Israel, Sabtu (13/9/2025) waktu setempat.
Sedikitnya 49 warga tewas dan lebih dari 6.000 orang kehilangan tempat tinggal setelah serangan udara menghantam berbagai bangunan, termasuk sekolah-sekolah yang dikelola PBB dan difungsikan sebagai tempat pengungsian.
Secara keseluruhan, jumlah korban jiwa di Jalur Gaza pada hari itu mencapai 62 orang. Otoritas Pertahanan Sipil Palestina menyebut kondisi warga semakin memprihatinkan di tengah kepungan dan gempuran yang tak henti.
“Penduduk Gaza City kini hidup dalam situasi yang sangat sulit di bawah pengepungan dan bombardir yang terus berlanjut,” kata juru bicara lembaga tersebut, Mahmoud Basal.
Serangan Bertubi-tubi
Saksi mata menuturkan, jet tempur Israel melancarkan serangan hampir setiap 10–15 menit. Selebaran juga dijatuhkan dari udara, memperingatkan warga yang kelaparan dan ketakutan untuk meninggalkan rumah mereka.
Reporter Al Jazeera, Hani Mahmoud, melaporkan bahwa pola serangan ini tampak disengaja untuk memberikan tekanan maksimal pada wilayah padat pengungsi. Banyak keluarga kini terkonsentrasi di bagian barat kota.
Namun, tidak semua warga memilih pergi. Sebagian tetap bertahan, bahkan ada yang kembali ke Gaza City setelah gagal menemukan tempat layak di kamp al-Mawasi di selatan, yang disebut penuh sesak dan minim fasilitas.
900 Ribu Orang Masih Bertahan
Diperkirakan masih ada sekitar 900.000 penduduk yang tinggal di Gaza City.
Direktur Rumah Sakit al-Shifa, dr. Muhammad Abu Salmiya, menyebut sebagian warga bergerak dari timur ke barat kota, sementara hanya sedikit yang berhasil menyeberang ke selatan.
“Bahkan mereka yang berhasil pergi sering kali tidak menemukan tempat tinggal. Al-Mawasi sudah penuh, sementara Deir el-Balah juga terlalu padat,” ujarnya. Karena itu, banyak warga akhirnya kembali ke Gaza City meskipun ancaman serangan masih terus berlangsung.
Militer Israel mengklaim lebih dari 250.000 orang telah meninggalkan Gaza City. Namun, laporan di lapangan justru menunjukkan fenomena sebaliknya: arus pengungsi yang sempat pergi kini kembali karena tidak ada cukup ruang dan layanan dasar di tempat penampungan selatan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Serangan Israel di Gaza Tewaskan 49 Warga, 6.000 Orang Mengungsi dalam Sehari
Pewarta | : Antara |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |